Op. Monang Siahaan
Lahir : 31 Oktober 1888
Baru mulai sekolah setelah bapanya St Laban, meninggal tahun 1902
Tammat dari pendidikan Guru Huria/ Sekolah (Zending) 13 Oktober 1913 di Sipoholon
Diberkati pernikahan dengan boru Opung Sianipar tanggal 18 Juni 1915
Meninggal dunia: tahun 1975 (umur 87 tahun)
Pengalaman Kerja:
1913 - 1916 : Guru Huria / Sekolah di Huria Pasaributobing, Barus
1916 - 1917 : Guru Huria / Sekolah di Huria Sirisirisi, Dolok Sanggul
1917 - 1921 : Guru Huria / Sekolah di Huria Sipituhuta
1921 - 1924 : Guru Huria / sekolah di Batunagodang
1924 - 1928 : Guru Huria / Sekolah di Pariksabungan
1928 - 1930 : Guru Huria / Sekolah di Huria Simaremare, Sigumpar
1930 - 1933 : Guru Huria / Ssekolah di Ambarita Samosir
1933 - 1947 : Guru Huria / Sekolah di Huria Lumbanbatu, Parsoburan
1947 - 1950 : Guru Huria / Sekolah di Huria Tornagodang
1950 - 1958 : Guru Huria / Sekolah di Kentara, Laeparira, Sidikalang
1 April 1958 : Pensiun
Setelah pensiun opung pidah ke Balige dan setelah opung boru meniggal opung doli pindah-pindah dekat rumah anak-anak nya. Terakhir tinggal di Medan didepan anaknya no.2 dan meninggal disana tanggal :.
Masa muda Op.Monang tidak sebaik abang-abang nya, karena dia terlambat sekolah berdua dengan adiknya Friderik. Opung St Laban meninggal tahun 1902 umur Op.Monang 14 tahun.
Berdua sama-sama masuk sekolah dan satu klas. Karena fakta adiknya lebih pintar dari dia membuatnya tertekan dan jengkel di ejek teman 2. Op.Monang tidak mau sekolah lagi. Dia kabur ke rumah namborunya kemudian ke rumah tulangnya. Namun opung mamanya boru Simangunsong yang sangat kepingin agar dua anaknnya itu harus menjadi hamba Tuhan, sama dengan bapaknya, sangat sabar dan berusaha terus.. Dengan susah payah ahkirnya Op.Monang mau juga sekolah Guru Huria (Guru Zending) dan lulus.
Op.Monang telah menjadi guru di 10 Huria, tanpa pernah ada kesempatan menjadi Guru di kampung sendiri.
Dalam hubungan keluarga / kakak adaik Op.Monang tidak begitu senang, karena dia merasa bahwa dia diakali oleh abang-abang nya.
Warisan penginggalan dari opung bapanya terlantar. Setelah pensiun dia pulang ke Balige. Dengan susah payah, dengan menjual sebagian dari tanah warisan (yang terbaik) atas persetujuan dari semua anaknya untuk membangun satu rumah tinggal untuknya di Huta Laban Balige.
Konon anaknya yang pertama kurang setuju menjual tanah warisan untuk membangun rumah, namun kalah suara dengan adi-adiknya ditambah juga dia (Amani Monang) tak punya uang , maka jadilah tanah itu di jual ke orang alain.
Rumah pun berdiri dan Op.Monang yang sudah pensiun tinggal disana. Disampingnya dibuat pula rumah kecil untuk uda anaknya no 3 .
Sebelum opung meninggal dia sudah membuat suatu surat wasiat tentang harta warisan yang akan ditinggalkannya. Antara lain bahwa rumah yang dibangun ini akan menjadi milik bersama dari 5 orang anaknya.
Tanahnya sedikit- sedikit dan ber percar-pencar , juga di bagi-bagi kepada 5 anaknya termasuk cucu nya si Monang.
Surat wasiat opung Op. Monang, ada pada file disimpan oleh Op.Joy
Opung sangat sayang pada cucunya yang satu ini, mungkin karena dia lah yang senama denganya. Sewaktu cucunya sedang sekolah jauh di Semarang kalau opung menerima pensiun pasti si Monang dikirimi uang di sampul surat.
Surat wasiat opung Op. Monang, ada pada file disimpan oleh Op.Joy
Opung sangat sayang pada cucunya yang satu ini, mungkin karena dia lah yang senama denganya. Sewaktu cucunya sedang sekolah jauh di Semarang kalau opung menerima pensiun pasti si Monang dikirimi uang di sampul surat.
Mengingat kebaikan Op.Monang kepada cucunya si Monang (Op.Joy) maka Monang telah memberikan / menyetujui bahwa pada sebagian tanah pembagian si Monang dari opung dipakai untuk mendirikan satu Tugu, dan didalamnya akan ditaruh tulang belulang dari Op. Monang (doli/boru) beserta tulang belulang dari anaknya yang 5 orang serta istri-istri mereka.
Tugu itu telah didirikan pada tahun 1996 dan setelah selesai dengan upacara adat Batak, tulang belulang Op.Monang (doli/boru), Op.Basar Josua (doli/boru) dan Uda no3 Antan dimasukkan ke dalam tugu.
Kehidupan opung sangat diberkati oleh Tuhan, dia tak pernah sakit keras selama jadi guru, Waktu di Parsoburan dia suka berburu rusa, satu tanduk rusa hasil buruan opung masih ada sama si Monang saat ini.
Opung sempat menggendong cicit nya si Basar Josua sewaktu dia ada di Padang Sidempuan dekat anaknya yang pertama pada Tahun 1968. Saat itu umur opung sudah 80 tahun.
Opung Maninggal pada umur 87 yaitu pada tahun 1975 di Medan dan dibawa ke Balige.
No comments:
Post a Comment